Rabu, 20 Januari 2016

Antropologi Kesehatan (Agust Laya)

1.    PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Para ahli biologi yang mempelajari dan membuat pelukisan menenai sistem organisme dari suatu species/jenis hewan biasanya sekaligus mempelajari perilakunya. Deskripsi mengenai pola-pola perilak heawan-hewan tersebt (yait perilak mencari makan, menghindari ancaman bayaha menyerang musuh, beristirahat, mencari pasanganya disaat-saat birahi, kawin, menacri tempat melahirkan, memelihara dan melindungi anaknya, dan sebagainya), biasanya berlak bagi semua species yang menjadi objek perhatianya,
Berbeda dengan organisme hewan,  organisme manusia dipelajari oleh para biologi, anatomi, fisiologi, patologi sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya, tetapi mereka belum banyak mengetahui tentang pola-pola tingga lakunya. Pola-pola tingka laku bagi samua jenis homo sapiens hampir tidak ada, bahkan bagi semua in dividu yang tergolong sat ras pun (misalnya ras  mongoloid, ras kaukasoid, ras negroid,/ras atraloid), tidak ada satu sistem pola ntingka lak yang seragam. Sebanya ialah karena tingka laku homo sapien tidak hanya ditentukan oleh sistem organik biologinya saja, melainkan juga sangat dipengaruhi dan di tentukan oleh akal dan jiwanya sehinga fariasi pola tingka laku homo sapien sangat besar difersitasnya dan unik bagi setiap manusia. Karena itu para ahli anrtopologi, sosiologi, dan psikologi yang mempelajari tingka laku manusia  tidak lagi bicara tentang pola tingka laku saja, melainkan pola tindakan manusia. Dengan pola tingka laku dalam arti sangat khsus yang ditentukan nalurinya, dorangan-dorongan dan reflexsinya, (jadi tingka laku yang membaby buta, karena tidak di pengaruhi dan ditentukan akal dan jiwanya). Susunan unsr-unsur akal dan jiwa yang menentkan tingka laku/tindakan seorang individu(yang berada pada setiap individu) disebut “kepribadian”.
Definisi mengenai kepribadian itu tidak banyak berbeda dengan arti yang melekat pada konsep itu dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa popler istilah “kepribadian” juga berarti berarti “ciri-ciri watak yang konsisten”, sehingga seorang individ memiliki satu identitas yang khas. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita mengatakan bahwa seseprang bmemiliki kepribadian, yang dimaksudkan ialah bahwa individ tersebut memiliki beberapa ciri watak yang diperhatikan secara konsisten dan konsekuen, yang menyebabkan bahwa ia memiliki identitas yang berbeda dari individu-individu lainnya.
             konsep kepribadian yang lebih tajam tetapi seragam agaknya belm ada karena konsep tersebt sangat luas dan merupakan suatu kontruksi yang sukar disrumuskan dalam satu definisi yang tajam tetapi mencakup selurunya. Oleh karena itu bagi kita yang belajar antropologi, kiranya cukup apabila untuk sementara kita gunakan saja definisi yang masi kasar tersebt diatas, dan penggunaan definisi-definisi yang lebih tajam untuk keperluan analisa yang lebih mendalam sebaiknya kita serahkan kepada para ahli psikologi saja.
2.    UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
pengetahan. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang sadar, terkandung di dalam otaknya secara sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimnya melal panca indra serta melalui alat penerima yang lain, misalnya getaran eter(cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, senthan, tekanan mekanika (berat ringan) , tekanan termikal (panas dingin) dan lain lain, yang masuk kedalam berbagai sel dibagian bagian tertentu dibagian terkecil. Disana berbagai macam proses fisik , fisiologi dan psikologi terjadi, sehingga getaran getaran dan tekanan tekanan tadi diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan (diproyeksikan) oleh individu yang bersangktan menjadi suatu gambaran tentang lingkungan sekitarnya . Dalam ilmu antropologi, selrh proses akal mansia yang sadar itu disebut “Persepsi”.
            Penggambaran tentang linkngan it berbeda dengan misalnya sebuah gambar foto yang secara lengkap memuat smua unsr dari lingkungan yg terkena cahaya sehingga tertanggkap oleh film melalui lensa kamera. Penggambaran oleh akal manusia hanya menggandung bagian bagian khusus yang mendapat perhatian dari akal si individu, sehingga merupakan suatu penggambaran yang terfokus pada bagian-bagian khusus tadi. Apabila individu tadi menutup matanya, maka dalam kesadarannya terbayang penggambaran yang berfokus dan alam lingkungan yang baru dilihat sebelumnya.
            Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling menarik perhatiannya seringkali diolah oleh suatu proses dalam akalnya yang menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain yang sejenis yang sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan  oleh akalnya , dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan. Dengan demikian ia memperoleh suatu penggambaran baru dan pengertian yang lebih luas mengenai keadaan lingkungannya. Penggamabaran baru dengan pengertian baru it dalam psikologi disebut “apersepsi”.
            Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian yang menyebabkan bahwa karena ia tertarik  kepada bagian-bagian tertentu, individu itu akan memusatkan akalnya secara lebih intensif terhadap bagian-bagian yang khusus. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi karena pemusatan secara lebih intensif itu, dalam psikologi disebut “pengamatan”.
            Seseorang dapat juga menggabungkan dan membanding-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran dngan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses akal itu ia memiliki kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran yang baru itu. Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat tertentu dimka bumi (bahkan jga diluar bumi), padahal ia belum pernh melihat atau mempersepsikan tenpat-tempt tadi. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut “konsep”.
            Cara pengamatan seperti itu menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan mngkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Ada pula yang digabung-gabungkan dengan pengagambaran-penggambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali, yang secara nyata sebenarnya tidak akan pernah ada. Penggamabaran baru yang seringkali tidak realistik itu dalam psikologi disebut “fantasi”.
            Kemampuan akal manusia untuk membentuk konsep dan untk berfantasi tentusangat penting baginya, karena tanpa kemampuan membentuk konsep dan fantasi yang bermanfaat dan memiliki keindahan (berarti kemampuan akal kreatif), manusia tidak akan dapat mengembangkan cita-cita dan gagasan-gagasan ideal, dan karena itu mansia tidak akan mungkin mengembangkan ilm pengetahuan dan mengkreasikan karya-karya kesenian.
            Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan , konsep, dan fantasimerpakan nsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang individu. Sebaliknya, banyak pengetahuan atau bagian-bagian dari seluruh pengetahuan yang berhasil dihimpun seseorang selama hayatnya, dapathilang dari akalnya yang sadar (ata dalam kesadarannya) yang disebabkan oleh berbagai sebab, yang banyak dipelajari ilmu psikologi. Walaupun demikian perl diperhatikan bahwa unsur-unsur pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang lenyapbegituu saja , tetapi hanya berdesak ke bagian jiwanya yang dalam ilmu psikologi disebut “alam bawah sadar”.
            Dalam alam bawah sadar itu berbagai pengetahuan larut dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang acapkali tercampuraduk tidak teratur. Proses itu terjadi karena akal sadar individu yang bersangkutan tidak lagi menyusun dan menatanya dengan rapi, walaupun bagian-bagian tertent dari pengetahuan tadi ada kalanya muncul ke alam sadarnya. Setiap orang tentu pernah tiba-tiba teringat akan suatu hal, baik dalam keadaan utuh ata sepotong-potong, atau bahkan tercampur dngan berbagai pengetahuan atau pengalaman lain yang telah dilupakannya.
            Pengetahuan seseorang karena berbagai sebab juga dapat terdesak atau dengan sengaja dibuat terdesak oleh individu yang bersangkutan , ke dalam bagian dari jiwanya yang lebih dalam, yaitu bagian yang dalam ilmu psikologi disebut “alam tak sadar”. Dalam alam tak sadar itu pengetahuan larut dan terpecah-pecah ke dalam bagian-bagian yang tercampuraduk. Bagian-bagian dari pengetahuan yang tercampuraduk itu ada kalanya muncul kembali, pada saat-saat akal yang mengatur alam kesadaran berada dalam keadaan relax atau  tak berfungsi.
            Proses-proses psikologi yang terjadi dalam alam bawah sadar dan alam tak sadar tadi, yang banyak dipelajari oleh bagian dari psikologi yang dikembangkan oleh S.freud, yaitu ilmu psikoanalisa, tidak akan kita perhatikan lebih lanjut dalam buku ini. Untuk mendapat pengertian mengenai asas-asas kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia, untuk sementara kita hanya akan memperhatikan bagian kesadaran dari alam jiwa manusia saja.
            Perasaan. Selain pengetahuan , alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam “perasaan”. Kalau pada suatu hari minuman coca-cola yang tampak sejuk dan nikmat, maka persepsi itu menyebabkan bahwa kita membayangkan gelas coca-cola yang dingin , dan penggambaran lain yang muncul kembali sebagai kenangan dalam kesadaran kita , menjadi suatu apersepsi tentang diri sendiri yang sedang  menikmati coca-cola dingin, manis, dan menyegarkan pada saat hari sangat panas, yang menyebabkan air liur keluar dengan sendirinya. Apersepsi orang yang menggambarkan dirinya sendiri tengah menikmati coca-cola dingin itu menimbulkan suatu “perasaan” yang positif dalam kesadarannya (yaitu perasaan nikmat), sampai-sampai air liurnya itu benar-benar keluar.
            Sebaliknya , kita dapat juga menggambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengarkan suara yang tidak menyenangkan, mencium bau busuk, dan sebagainya. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadarannya perasaan negatif, karena ia terkenang bagaimana ia menjadi muak setelah mencium ikan yang busuk dimasa lampau. Apersepsi itu mungkin dapat menyebabkannya menjadi benar-benar muak pada waktu ia mencium bau ikan busuk lagi.
            Dalam kedua contoh diatas kita jumpai suatu konsep baru, yaitu perasaan, yang disamping dalam segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. Apabila kita perhatikan kedua contoh diatas dengan seksama, perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena  pengetahnya di nilai sebagai keadaan yang positif atau negatif .
            Suatu perasaan yang selalu bersifat objektif karena adanya nsr penilain tadi, bisanya menimbulkan kehendak dalam kesadaran seorang individu. Kehendak itu mungkin positif (individu yang bersangkutan ingin mendapatkan hal yang dirasakannya memberi kenikmatan) atau mungkin juga negatif (individu yang bersangkutan ingin menghindari hal yang dirasakannya membawa perasaan tidak nikmat).
            Individu dalam contoh diatas, yang pada suatu hari yang terik merasakan kenikmatan  karena dalam khayalannya ia menggambarkan dirinya sendiri tengah minum coca-cola dingin, menjadi tumbuh keinginannya untuk benar-benar minum coca-cola dingin. Maka seandainya ia dalam keadaan yang  memungkinkannya memenuhi keinginannya itu (karena ia berada dekat warung penjual minuman,misalnya), bisa jadi ia akan sungguh-sungguh segera melaksanakan niatnya untuk membeli segelas coca-cola.
            sesuatu kehendak juga dapat menjadi sangat keras, yaitu apabila hal yang dikehendaki itu tidak mudah diperoleh. Individu yang menginginkan coca-cola dingin tadi mungkin malah akan bertambah besar keinginannya utk memperoleh minuman itu apabila diantara berbagai jenis minuman sejenis, justru coca cola tidak tersedia.
            Keinginan yang makin menggebu-gebu untuk memperoleh minuman coca-cola dingin , yang menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi bernafsu karena penasaran, membuat bahwa ia tidak peduli akan harganya yang mungkin lebih mahal daripada semestinya asalkan benda itu dapat diperolehnya. Perasaanya terhadap coca cola yang sangat diinginnya itu menyebabkan bahwa udara disekitarnya terasa seakan lebih panas, sehingga peluhnya pun keluar makin banyak, dan hatinya seakan berdebar-debar. Perasaan seperti itu biasanya disebut “emosi”.
            Dorongan naluri. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena dipengaruhi oleh pengetahuannya, tetapi karena memang sudah terkandung didalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri disebut “dorongan”.
            Walaupun diantara para ahli psikologi ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri  yang  terkandung dalam naluri manusia, mereka semua sependapat bahwa ada sedikitnya tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1.        dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologis yang ada pada setiap makhluk disunia untuk dapat bertahan hidup
2.        dorongan seks. Dorongan ini telah banyak menarik perhatian para ahli antropologi, dan mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis  yang mendorong manusia untuk membentuk keturunan  bagi kelanjutan keberadaanya didunia ini muncul pada setiap individu yang normal yang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan apapun.
3.        Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan sejak baaru dilahirkan pun manusia telah menampakkannya dengan mencari putting susu ibunya atau botol susunya, tanpa perlu diajari.
4.        dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia, yang memang merupakan landasan biologi dari kehidupan  masyarakat manusia sebagai makhluk kolektif.
5.        dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini merupakan asal mula dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan bahwa manusia menggebangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (konform) dengan  manusia manusia disekelilingnya.
6.        dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karena manusia             adalah makhluk kolektif. Agar manusia dapat hidup serasi bersama  manusia lain diperlukan suatu landasan biologi untuk  mengembangkan altruisme, simpati, cinta, dan sebagainya. Dorongan seperti itu kemudian lebih lanjut membentuk kekuatan-kekuatan yang oleh  perasaanya dianggap berada diluar akalnya sehingga timbul religi.
7.        dorongan untuk keindahan (keindahan bentuk, warna, suara, dan  gerak) . Dorongan ini seringkali sudah tampak  dimiliki bayi, yang  sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk warna-warna, dan suara-suara, irama dan gerak-gerak dan merupakan dasar dari unsur  kesenian.

3.    MATERI DARI UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
            Seperti telah diuraikan diatas, kepribadian seorang individu terbentuk oleh pengetahuan yang dimilikinya (yaitu khususnya persepsi, penggambaran , apersepsi, pengamatan, konsep, serta fantasi mengenai berbagai macam hal yang ada dalam lingkungannya), maupun oleh berbagai perasaan, emosi, kehendak, dan keinginan yang ditujukan kepada berbagai macam hal dalam lingkungannya tersebut.        
            Ahli etnopsikologi,  A.F.C. Wallace, pernah memuat suatu kerangka yang memuat seluruh materi yang menjadi objek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia secara sistematis. Dalam kerangka itu ada tiga hal yang pada tahap pertama merupakan isi kepribadian yang pokok , yaitu :
  1. Beragam kebutuhan organik  diri sendiri, beragam kebutuhan dan dorongan psikologi diri sendiri, dan beragam kebutuhan serta dorongan organik maupun psikologi sesama manusia selain diri sendiri , sedang kebutuhan-kebutuhan tadi dapat dipenuhi atau tidak dipenuhi individu yang bersangkutan , sehingga memuaskan dan bernilai positif baginya, atau tidak memuaskan dan bernilai negatif.
  2. beragam hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri (identitas ‘aku’), baik aspek fisik maupun aspek psikologinya, dan segala hal yang menyangkut kesadaran individu mengenai beragam kategori manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan,atau gejala alam, baik yang nyata maupun yang gaib yang terdapat dialam sekelilingnya.
  3. Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau menggunakan beragam kebetuhan dari hal-hal  tersebut di atas, sehingga tercapai keadaan yang memuaskan dalam kesedaran individu yang bersangkutan. Pelaksanaan daei berbagai macam cara itu terwujud dalam kegiatan orang sehari-hari
4.    ANEKA WARNA KEPRIBADIAN
Aneka Ragam  kepribadian individu. Berbagai isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, dan keinginan kepribadian, serta perbedaan kualitas hubungan santar berbagai unsur kepribadian pada setiap manusia yang hidup di berbagai struktur kepribaian pada setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini, sehingga setiap individu memiliki kepribadian yang unik.
Mempelajari materi dari setiap unsur kepribadian (baik pengetahuan maupun perasaan, sasaran dari kehendak, keinginan dan emosi) adalah tugas psikologi, yang mempelajari sebab dari tingkah laku berpola, yakni habit (kebiasaan) atau berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya kepribadian, serta segala macam tingka laku berpola dari individu yang bersangkutan (bagan 12).
Jumlah individu
Jumlah materi
                                                1                                                          N
1
Kebiasaan
(habit)
Adat-istiyadat
(social system)
Kepribadian individu
(Individual personality)
Kepribadian umum
(modal personality)
N
Dipelajari oleh ilmu                       Dipelajari oleh ilmu
        Psikologi                                            antropologi






Antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya,yaitu sosialogi,ekonom,ilmu politik dan lain-lain,tidak mempelajari individu,tetapi pempelajari semua pengetahan,gagasan,dan konsep dan secara masyarakat;artinya pengetahuan,gagasan,konsep yang di anut sebagian besar warga suatu masyarakat yang umumnya di sebut”adat istiadat”.Ilmu-ilmu itu juga mempelajari tingka laku umum (yang sadah menjadi pola dari bagian besar warga masyarakat,dan berdasarkan adat istiadat)(lihat lihat bagian 12).Seluruh kompleks tingka laku wujud pola-pola tindakan yang saling berkaitan itu di sebut system sosial.
            Karena materi yang merupakan isi dari pengetahuan dan perasaan seseorang individu berbeda dengan idividu lain dan karena sifat serta intensintisas kaitan antara beragam bentuk pengetahuan dan perasaan tadi juga saling berbeda,maka setiap manusia sebenarnya memiliki kepribadian yang khas.Walaupun demikian,hal itu tidak beraarti bahwa di dunia ini terdapat 3 miliar kepribadiaan (karena jumlah penduduk bumi sekitar itu).Jumlah itu dapat di ringkas menjadi berbagai tipe dan sub tipe,yang walaupun masih banyak juga,jumlahnya tidak sampai berjuta-juta.Membat tipologi dari beragam kepribadian manusia merupakan tugas psikologi.
            Kendatipun demikian antropologi dan ilmu-ilm sosial lain sering kali juga memperhatikan maslah kepribaian,walaupun hanya untuk memperdalam serta memahami adat istiadat dan system sosial masyarakat yang di pelajarinya.Khususnya,antropologi juga mempelajari kehidupan  yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat (yaitu kepribadian umum,atau  watak umum,yang dalam bahasa inggris disebut modal personality mengenai masalah kepribadian umum ini ada uraian yang lebih rinci dalam sub-sub berikut ini.
            Kepribadian umum sejak abad ke 19 hingga tahun 1930 an,para pengarang etnografi sering kali mencamtumkan suatu pelukisan tentang watak atau kepribadian umum dari para warga suatu kebudayaan di dalam kerangka etnografi mereka pelukisan itu biasanya berdasarkan kesan-kesan yang mereka peroleh dari pengalaman bergaul dengan para individu warga kebdayaan yang  sedang diteliti.Apabila data dan bahan tentang kebudayaan bali yang di teliti,maka dalam pegaulan mereka dengan orang bali mungkin di dapat pengalaman-pengalaman yang menyenangkan,sehingga dalam membuat pelukisan mengenai kepribadian orang bali mereka biasanya juga menyebutkan bahwa orang bali ramah,sitia,jujur,gembira,dan sebagainya.Sebaliknya,apabila mereka mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan,mak hal itu sering kal itercermin pula dalam buku etnografi yang mereka tulis mengenai orang bali,yaitu misalnya bahya orang bali bersifat ketus,tidak setia,penipu,tidak bernormal,dan sebagainya.Ketika metodologi penilitian di lapangan dalam antropoli berkembang dan di pertajam dalam abad ke-20 ini,metode-metode kelukisan kepribadian umumyang lebih eksak mulai  di gunakan. Bersama dengan pakar psikologi A.kardiner, R. Linton dalam tahun 1930-an mengembangkan metode yang eksak untuk mengukur kepribadian umum, yang diterapkan dalam suatu penilitiaan terhadap penduduk kepulauan Marquesas, yaitu gugusan kepulauan dibagian timur Polynesia, dan suku bangsa tanala, penduduk pulau Madagaskar. Bahan etnografinya dikmpulkan oleh Linton, dan kardiner menerapkan metode-metode psikologi dan menganalisa data psikologinya. Hasil penelitian itu adalah buku berjudul The Individual And His Society (1938)
            Dalam proyek itu konsep kepribadian umum makin dipertajam sehingga tercipta konsep basic personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu semua unsur kepribadian yg dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat. Kepribadian dasar itu ada karena semua individu warga masyrakat mengalami pengaruh lingkngan kebudayaan yg sama selama pertumbuhan mereka. Metodologi untuk mengumpulkan data mengenai kepribadian banggsa dilakkan denggan mengumpulkan sampel dari warga masyarakat yg menjadi objek penelitian, yang kemudian diteliti kepribadiaannya dengan berbagai tes psikologi dari hasil tes-tes itu kemudian diperoleh ciri watak yang secara statistik dimiliki sebagian besar individu dalam sampel.
Selain ciri-ciri watak umum tadi, seorng individu tentu juga memiliki ciri-ciri wataknya sendiri, sementara ada individu-individu dalam sampel yg tidak memiliki unsur-unsur kepribadian umum. Namun presentase dari individu-individu semacam ini dalam sampel sanggat kecil.
Pendekatan dalam penilitian kepribadian  dari suatu kebudayaan juga dilaksanakan dengan metode lain yg didasarkan pada pendirian bahwa beni-beni dari ciri-ciri dan unsur watak seorng individu dewasa sebenarnya sudah tertanam dalam diri seseorng sejak dini. Pembentukan  watak dalam jiwa individu banyak dipengarhi  pengalamannya dimasa kanak-kanaknya, ketika ia  diasuh orng-orng disekitarnya, yakni ibunya,ayahnya,kakak-kakaknya, maupun orang-orang lain yang umumnya sering berada dekat pada keluarganya. Watak juga sanggat ditentukan oleh berbagai tinggka laku yang dibiasakan orang sejak dia kecil, misalnya cara makan,cara menjaga kebersihan,disiplin,bermain dan bergaul dengan anak-anak lain, dan sebagainya. Karena pola pengasuhan anak dalam tiap kebudayyan mengikuti aday dan norma-norma yg telah ditetapkan maka pada individ dewasa akan tampak beberapa unsur watak yang seragam.
Berdasarkan konsepsi psikologi tersebut para ahli antropologi berpendirian bahwa dengan mempelajari adat-istiyadat pengahusan anak yang khas itu mereka akan  dapat mengetahi adanya berbagai unsur kepribadian pada sebagian besar warga yang  merupakanakibat dari pengalaman-pengalaman mereka sejak masa anak-anak.
Metode penelitian kepribadian umum dengan cara mempelajari adat-istiyadat pengasuhan anak terutama dikembangkan oleh Margaret Mead, yang dilakukan di antara berbagai suku bangsa di Melanesia (khususnya Papua Niugini) dan di Bali. Dari penelitian-penelitiannya itu ia menghasilkan buku Growing Up In New Guinea (1930) dan Children And Ritual In Bali (1955). Bersama dengan G. batesan ia menulis Balinese Character: A Photographic Analysis (1942).
Penelitian mengenai etos kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan oleh tokoh antropologi R. benedict, R. Linton, dan M. Mead itu kemudian ditiru dan berkembang lebih lanjut sehingga menjadi bagian khusus dalam antropologi yang dinamakan personality and culture, atau kepribadian dan kebudayaan.
Konsep “Kebudayaan Barat”kebudayaan Timur” mula-mula dicetuskan pada pertengahan abad ke-19, ketika beberapa Negara Eropa Barat berhasil menguasai daerah-daerah yang luas dimuka bumi dengan system kolonialnya. Ratusan bangsa yang mereka kuasai dengan cara itu memiliki kebudayaan-kebudayaan yang masih tergolong asli dan tradisional. Karena kebudayaan-kebudayaan itu sebai besar berada di sebelah timur (dari Eropa Barat), maka secara keseluruhanmereka sebut “kebuyadaan Timur”.
Di universitas-universitas besar di Eropa Barat perna berkembang suatu bidang ilmu pengetahuan yang di sebut “kajian-kajian Oriental”, yang secara rinci terdiri dari berbagai bidang ilmu yang khusus, yaitu peredabaan Islam, Sejara dan Kesusastraan Islam, Filsafat Islam dan Bahasa Arab, Peredaban Hindu dan Budha, bahasa Sanskerta dan Pali. kajian mengenai peredaban cina, yang dapat dianggap sebagai peredaban yang khas dan canggi dan tak perna sempat dijajah oleh suatu Negara Eropa Barat mana pun, biasanya tidak termasuk dalam kajian Oreintal ini, tetapi disebut Sinologi
Kebudayaan-kebudayaan afrika baru di mulai di kaji pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh para ilmuwan Eropa, dan kemudian oleh juga para ilmuwan Amerika Serikat, sementara kajian mengenai bangsa-bangsa penduduk kepulauan di lautan pasifik, yaitu Melanesia, Mikronesia, dan Polynesia, baru mulai di lakukan para ahli antropologi Amerika setelah Perang Dunia II.

Semua ahli Eropa Barat umumnya mempelajari kebudayaan-kebudayaan dari suku-suku bangsa yang ada diwilaya jajahan mereka masing-masing.kebudayaan bangsa-bangsa jajahan yang semua bersifat tradiosonal itu kemudian mengalami pembaruan dengan tibanya unsur-unsur kebudayaan dari eropa barat melalui sintem pendidikan sekolah eropa barat. Disamping itu warga bangsa-bangsa jajahan yang di didik dalam sekolah-sekolah eropa barat itu dijadikan pegawai rendahan dan menengah dalam system administrasi yang di kembangkan oleh bangsa-bangsa colonial itu, yang mengituki model administrasi Negara mereka.
Hamper semua bangsa yang di jajah adalah bangsa-bangsa petani, peternak, nelayan, atau peramu yang kebudayaannya dilandasi nilai-nilai budaya tradisional. Sejak kurang lebih satu abad yang lalu, muncul golongan elit pada bagian-bagian tertentu dari bangsa-bangsa yang terjajah itu, yaitu golongan-golongan yang telah pendapat pengaruh unsur-unsur kebudayaan eropa barat atau amerika. Pengaruh unsur-unsur kemudayaan asingitu makin lama makin merasuk dan terintegrasi ke dalam kebudayaan tradisional tadi. Pengaruh kebudayaan eropa barat dan amerika (misalnya untuk banga Filipina) yang merasuk ke dalam ratusan kebudayaan suku bangsa yang terjajah itu merupakan suatu proses yang sebaiknya kita sebut “modernisasi”
Kepribadian Dan Kebudayaan Barat, Serta Kepribadian Dan Kebudayaan Timur Di Indonesia. Di Indonesia, di tahun 1930-an, ketika kebudayaan eropa barat (khusunya kebudayaan Belanda, Perancis, Inggris dan Jerman) mempengaruhi kebudayaan Indonesia sedemikian mendalamnya, konsep yang diajarkan kepada para siswa sekolah lanjutan tersebut sering mampu mengubah kebudayaan tradisional Indonesia hingga ke akar-akarnya.
Proses tersebut sebenarnya berlangsung sejak masa perahlian abad ke-18 dan abad ke-19, jadi susah lebih dari dua abad. Waktu itu juga terjadi beberapa peristiwa perubahan yang sangat mendasar bagi masyarakat Indonesia, yaitu awal dari proses emansipasi sosial wanita yang dirintis oleh R.A Kartini (1879-1904), dan mulai adanya dokter-dokter wanita lulusan School Ter Opleiding Voor Inlandsche artsen (Stovia) di Jakarta, dan Nederlandsch-Indische Arsten School (NIAS) di Surabaya.
Sesudah itu konsep “Kebudayaan Barat” di perluas dan menjakup pula kebudayaan Amerika, yang oleh orang Indonesia terutama di kenal melalui hasil industry film Hollywood.

Sampai sekarang konsep “Kebudayaan Barat”  dalam arti itu masi tetap hidup di Indonesian, baik diantara kaum lanjut usia, orang dewasa, dan bahkan diantara para remaja hingga anak-anak. Dalam kalangan kaumterpelajar dan ilmuan pun konsep “kebudayaan Barat” dengan makna terurain di atas tetap digunakan, bukan hanya dalam pembicaraan santai, tetapi juga dalam tulisan-tulisan ilmiah. Demikian juga konsep lawannya, yaitu “kebudayaan Timur”.
Sebenarnya dengan logika yang wajar istilah “kebudayaan Barat”  dan “kebudayaan Timur” membingungkan, dan menjadi sumber salah paham yang hingga kini ada dalam cara berpikir orang Indonesia, yaitu bahwa kebudayaan orang Eropa dan Amerika itu lah adalah kebudayaan yang secara materi dan teknologi  maju dan perlu kita tiru, sedang “kebudayaan Timur” adalah kebudayan kita yang harus kita pertahankan karena sifatnya yang indah, halus, spiritual, luhur, dan beradab.
Kita tentu juga dapat menerima logika bahwa kemajuan dalam materi dan teknologi tidak hanya datang dari eropa barat, tetapi juga dari amerika, misalnya, yang secara geografi berada ditimur Negara kita. Karena itu konsep “Kebudayaan Barat” tak dapat kita terapkan kepada kebudayaan amerika. Karena itu kebudayaan amerika sebetulnya bagi kita adalah “kebudayan Timr” sementara kebudayaan orsng Australia dan selandia baru adalah “kebudayaan Selatan”
Dengan kemajuan yang dicapai oleh bangsa Jepang, Korea, Cina, dan bahkan Singapura, orang indonesia sekarang tidak hanya memandang kebudayaan eropa barat dan amerika sebagai kebudayaan-kebudayaan yang patut di tiru. Apaka kebudayaan-kebudayaan Negara-negara itu harus kita sebut “Kebudayaan Utara”?
Agara pikiran kita tidak terperangkap dalam dikotomi konsep-konsep “kebudayaan Barat” dan “kebudayaan Timur”, dan lain-lainya yang membingungkan itu, istilah-istilah yang sebenarnya telah mulai mendarahdaging itu sabaiknya kita hindari dan agar kita menggunakan istilah-istilah geografis dan konkret, misalnya kebudayaan cina, kebudayaan korea, kebdayaan jepang, kebudayaan amerika, kebudayaan eropa barat, kebudayaan asia barat, kebudayaan maghrib “Afrika Utara”, dan lain-lain.

Apabila kita perlu bicara tentang kebudyaan yang berasal dari luar Indonesia, secara kesuluruhan dapat digunakan konsep “kebudayaan mancanegara” atau “kebudayaan asing”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar