1.
PENGERTIAN
KEPRIBADIAN
Para ahli biologi yang mempelajari dan membuat pelukisan
menenai sistem organisme dari suatu species/jenis hewan biasanya sekaligus
mempelajari perilakunya. Deskripsi mengenai pola-pola perilak
heawan-hewan tersebt (yait perilak mencari makan, menghindari ancaman bayaha
menyerang musuh, beristirahat, mencari pasanganya disaat-saat birahi, kawin,
menacri tempat melahirkan, memelihara dan melindungi anaknya, dan sebagainya),
biasanya berlak bagi semua species yang menjadi objek perhatianya,
Berbeda
dengan organisme hewan, organisme
manusia dipelajari oleh para biologi, anatomi, fisiologi, patologi sampai
kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya, tetapi mereka belum banyak mengetahui
tentang pola-pola tingga lakunya. Pola-pola tingka laku bagi samua jenis homo
sapiens hampir tidak ada, bahkan bagi semua in dividu yang tergolong sat ras
pun (misalnya ras mongoloid, ras kaukasoid,
ras negroid,/ras atraloid), tidak ada satu sistem pola ntingka lak yang
seragam. Sebanya ialah karena tingka laku homo sapien tidak hanya ditentukan
oleh sistem organik biologinya saja, melainkan juga sangat dipengaruhi dan di
tentukan oleh akal dan jiwanya sehinga fariasi pola tingka laku homo sapien
sangat besar difersitasnya dan unik bagi setiap manusia. Karena itu para ahli
anrtopologi, sosiologi, dan psikologi yang mempelajari tingka laku manusia tidak lagi bicara tentang pola tingka laku
saja, melainkan pola tindakan manusia. Dengan pola tingka laku dalam arti
sangat khsus yang ditentukan nalurinya, dorangan-dorongan dan reflexsinya,
(jadi tingka laku yang membaby buta, karena tidak di pengaruhi dan ditentukan
akal dan jiwanya). Susunan unsr-unsur akal dan jiwa yang menentkan tingka laku/tindakan
seorang individu(yang berada pada setiap individu) disebut “kepribadian”.
Definisi
mengenai kepribadian itu tidak banyak berbeda dengan arti yang melekat pada
konsep itu dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa popler istilah “kepribadian”
juga berarti berarti “ciri-ciri watak yang konsisten”, sehingga seorang individ
memiliki satu identitas yang khas. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita
mengatakan bahwa seseprang bmemiliki kepribadian, yang dimaksudkan ialah bahwa
individ tersebut memiliki beberapa ciri watak yang diperhatikan secara
konsisten dan konsekuen, yang menyebabkan bahwa ia memiliki identitas yang
berbeda dari individu-individu lainnya.
konsep kepribadian
yang lebih tajam tetapi seragam agaknya belm ada karena konsep tersebt sangat
luas dan merupakan suatu kontruksi yang sukar disrumuskan dalam satu definisi
yang tajam tetapi mencakup selurunya. Oleh karena itu bagi kita yang belajar
antropologi, kiranya cukup apabila untuk sementara kita gunakan saja definisi
yang masi kasar tersebt diatas, dan penggunaan definisi-definisi yang lebih
tajam untuk keperluan analisa yang lebih mendalam sebaiknya kita serahkan
kepada para ahli psikologi saja.
2.
UNSUR-UNSUR
KEPRIBADIAN
pengetahan.
Unsur-unsur
yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang sadar, terkandung di dalam otaknya
secara sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimnya
melal panca indra serta melalui alat penerima yang lain, misalnya getaran
eter(cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, senthan, tekanan
mekanika (berat ringan) , tekanan termikal (panas dingin) dan lain lain, yang
masuk kedalam berbagai sel dibagian bagian tertentu dibagian terkecil. Disana
berbagai macam proses fisik , fisiologi dan psikologi terjadi, sehingga getaran
getaran dan tekanan tekanan tadi diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan
(diproyeksikan) oleh individu yang bersangktan menjadi suatu gambaran tentang
lingkungan sekitarnya . Dalam ilmu antropologi, selrh proses akal mansia yang
sadar itu disebut “Persepsi”.
Penggambaran tentang linkngan it berbeda dengan misalnya
sebuah gambar foto yang secara lengkap memuat smua unsr dari lingkungan yg
terkena cahaya sehingga tertanggkap oleh film melalui lensa kamera.
Penggambaran oleh akal manusia hanya menggandung bagian bagian khusus yang
mendapat perhatian dari akal si individu, sehingga merupakan suatu penggambaran
yang terfokus pada bagian-bagian khusus tadi. Apabila individu tadi menutup
matanya, maka dalam kesadarannya terbayang penggambaran yang berfokus dan alam
lingkungan yang baru dilihat sebelumnya.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada
bagian-bagian yang paling menarik perhatiannya seringkali diolah oleh suatu
proses dalam akalnya yang menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain
yang sejenis yang sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya , dan kemudian muncul kembali
sebagai kenangan. Dengan demikian ia memperoleh suatu penggambaran baru dan
pengertian yang lebih luas mengenai keadaan lingkungannya. Penggamabaran baru
dengan pengertian baru it dalam psikologi disebut “apersepsi”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali
menjadi suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung
bagian-bagian yang menyebabkan bahwa karena ia tertarik kepada bagian-bagian tertentu, individu itu
akan memusatkan akalnya secara lebih intensif terhadap bagian-bagian yang
khusus. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi karena
pemusatan secara lebih intensif itu, dalam psikologi disebut “pengamatan”.
Seseorang dapat juga menggabungkan dan
membanding-bandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran dngan bagian-bagian
dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara konsisten berdasarkan
asas-asas tertentu. Dengan proses akal itu ia memiliki kemampuan untuk membentuk
suatu penggambaran yang baru itu. Dengan demikian manusia dapat membuat suatu
penggambaran tentang tempat-tempat tertentu dimka bumi (bahkan jga diluar
bumi), padahal ia belum pernh melihat atau mempersepsikan tenpat-tempt tadi.
Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut “konsep”.
Cara pengamatan seperti itu menyebabkan bahwa
penggambaran tentang lingkungan mngkin ada yang ditambah-tambah atau
dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil pada
bagian-bagian tertentu. Ada pula yang digabung-gabungkan dengan
pengagambaran-penggambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama
sekali, yang secara nyata sebenarnya tidak akan pernah ada. Penggamabaran baru
yang seringkali tidak realistik itu dalam psikologi disebut “fantasi”.
Kemampuan akal manusia untuk membentuk konsep dan untk
berfantasi tentusangat penting baginya, karena tanpa kemampuan membentuk konsep
dan fantasi yang bermanfaat dan memiliki keindahan (berarti kemampuan akal
kreatif), manusia tidak akan dapat mengembangkan cita-cita dan gagasan-gagasan
ideal, dan karena itu mansia tidak akan mungkin mengembangkan ilm pengetahuan
dan mengkreasikan karya-karya kesenian.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan , konsep, dan
fantasimerpakan nsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang
individu. Sebaliknya, banyak pengetahuan atau bagian-bagian dari seluruh
pengetahuan yang berhasil dihimpun seseorang selama hayatnya, dapathilang dari
akalnya yang sadar (ata dalam kesadarannya) yang disebabkan oleh berbagai
sebab, yang banyak dipelajari ilmu psikologi. Walaupun demikian perl
diperhatikan bahwa unsur-unsur pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang
lenyapbegituu saja , tetapi hanya berdesak ke bagian jiwanya yang dalam ilmu
psikologi disebut “alam bawah sadar”.
Dalam alam bawah sadar itu berbagai pengetahuan larut dan
terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang acapkali tercampuraduk tidak teratur.
Proses itu terjadi karena akal sadar individu yang bersangkutan tidak lagi
menyusun dan menatanya dengan rapi, walaupun bagian-bagian tertent dari
pengetahuan tadi ada kalanya muncul ke alam sadarnya. Setiap orang tentu pernah
tiba-tiba teringat akan suatu hal, baik dalam keadaan utuh ata sepotong-potong,
atau bahkan tercampur dngan berbagai pengetahuan atau pengalaman lain yang
telah dilupakannya.
Pengetahuan seseorang karena berbagai sebab juga dapat
terdesak atau dengan sengaja dibuat terdesak oleh individu yang bersangkutan ,
ke dalam bagian dari jiwanya yang lebih dalam, yaitu bagian yang dalam ilmu
psikologi disebut “alam tak sadar”. Dalam alam tak sadar itu pengetahuan larut
dan terpecah-pecah ke dalam bagian-bagian yang tercampuraduk. Bagian-bagian
dari pengetahuan yang tercampuraduk itu ada kalanya muncul kembali, pada
saat-saat akal yang mengatur alam kesadaran berada dalam keadaan relax atau tak berfungsi.
Proses-proses psikologi yang terjadi dalam alam bawah
sadar dan alam tak sadar tadi, yang banyak dipelajari oleh bagian dari
psikologi yang dikembangkan oleh S.freud, yaitu ilmu psikoanalisa, tidak akan kita perhatikan lebih lanjut dalam
buku ini. Untuk mendapat pengertian mengenai asas-asas kehidupan masyarakat dan
kebudayaan manusia, untuk sementara kita hanya akan memperhatikan bagian
kesadaran dari alam jiwa manusia saja.
Perasaan. Selain pengetahuan ,
alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam “perasaan”. Kalau pada
suatu hari minuman coca-cola yang tampak sejuk dan nikmat, maka persepsi itu
menyebabkan bahwa kita membayangkan gelas coca-cola yang dingin , dan
penggambaran lain yang muncul kembali sebagai kenangan dalam kesadaran kita ,
menjadi suatu apersepsi tentang diri sendiri yang sedang menikmati coca-cola dingin, manis, dan
menyegarkan pada saat hari sangat panas, yang menyebabkan air liur keluar
dengan sendirinya. Apersepsi orang yang menggambarkan dirinya sendiri tengah
menikmati coca-cola dingin itu menimbulkan suatu “perasaan” yang positif dalam
kesadarannya (yaitu perasaan nikmat), sampai-sampai air liurnya itu benar-benar
keluar.
Sebaliknya , kita dapat juga menggambarkan seorang
individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengarkan suara yang tidak
menyenangkan, mencium bau busuk, dan sebagainya. Persepsi-persepsi seperti itu
dapat menimbulkan dalam kesadarannya perasaan negatif, karena ia terkenang
bagaimana ia menjadi muak setelah mencium ikan yang busuk dimasa lampau.
Apersepsi itu mungkin dapat menyebabkannya menjadi benar-benar muak pada waktu
ia mencium bau ikan busuk lagi.
Dalam kedua contoh diatas kita jumpai suatu konsep baru,
yaitu perasaan, yang disamping dalam segala macam pengetahuan agaknya juga
mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. Apabila kita
perhatikan kedua contoh diatas dengan seksama, perasaan adalah suatu keadaan
dalam kesadaran manusia yang karena
pengetahnya di nilai sebagai keadaan yang positif atau negatif .
Suatu perasaan yang selalu bersifat objektif karena
adanya nsr penilain tadi, bisanya menimbulkan kehendak dalam kesadaran seorang
individu. Kehendak itu mungkin positif (individu yang bersangkutan ingin
mendapatkan hal yang dirasakannya memberi kenikmatan) atau mungkin juga negatif
(individu yang bersangkutan ingin menghindari hal yang dirasakannya membawa
perasaan tidak nikmat).
Individu dalam contoh diatas, yang pada suatu hari yang
terik merasakan kenikmatan karena dalam
khayalannya ia menggambarkan dirinya sendiri tengah minum coca-cola dingin,
menjadi tumbuh keinginannya untuk benar-benar minum coca-cola dingin. Maka
seandainya ia dalam keadaan yang
memungkinkannya memenuhi keinginannya itu (karena ia berada dekat warung
penjual minuman,misalnya), bisa jadi ia akan sungguh-sungguh segera
melaksanakan niatnya untuk membeli segelas coca-cola.
sesuatu kehendak juga dapat menjadi sangat keras, yaitu apabila hal yang dikehendaki itu tidak mudah diperoleh. Individu yang menginginkan coca-cola dingin tadi mungkin malah akan bertambah besar keinginannya utk memperoleh minuman itu apabila diantara berbagai jenis minuman sejenis, justru coca cola tidak tersedia.
Keinginan yang makin menggebu-gebu untuk memperoleh minuman coca-cola dingin , yang menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi bernafsu karena penasaran, membuat bahwa ia tidak peduli akan harganya yang mungkin lebih mahal daripada semestinya asalkan benda itu dapat diperolehnya. Perasaanya terhadap coca cola yang sangat diinginnya itu menyebabkan bahwa udara disekitarnya terasa seakan lebih panas, sehingga peluhnya pun keluar makin banyak, dan hatinya seakan berdebar-debar. Perasaan seperti itu biasanya disebut “emosi”.
sesuatu kehendak juga dapat menjadi sangat keras, yaitu apabila hal yang dikehendaki itu tidak mudah diperoleh. Individu yang menginginkan coca-cola dingin tadi mungkin malah akan bertambah besar keinginannya utk memperoleh minuman itu apabila diantara berbagai jenis minuman sejenis, justru coca cola tidak tersedia.
Keinginan yang makin menggebu-gebu untuk memperoleh minuman coca-cola dingin , yang menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi bernafsu karena penasaran, membuat bahwa ia tidak peduli akan harganya yang mungkin lebih mahal daripada semestinya asalkan benda itu dapat diperolehnya. Perasaanya terhadap coca cola yang sangat diinginnya itu menyebabkan bahwa udara disekitarnya terasa seakan lebih panas, sehingga peluhnya pun keluar makin banyak, dan hatinya seakan berdebar-debar. Perasaan seperti itu biasanya disebut “emosi”.
Dorongan naluri. Kesadaran manusia menurut para
ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan
karena dipengaruhi oleh pengetahuannya, tetapi karena memang sudah terkandung
didalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Kemauan yang
sudah merupakan naluri disebut “dorongan”.
Walaupun diantara para ahli psikologi ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung dalam naluri manusia, mereka semua sependapat bahwa ada sedikitnya tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
Walaupun diantara para ahli psikologi ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung dalam naluri manusia, mereka semua sependapat bahwa ada sedikitnya tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1.
dorongan untuk mempertahankan hidup.
Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologis yang ada pada setiap
makhluk disunia untuk dapat bertahan hidup
2.
dorongan seks. Dorongan ini telah banyak
menarik perhatian para ahli antropologi, dan mengenai hal ini telah
dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis
yang mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya didunia ini
muncul pada setiap individu yang normal yang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan
apapun.
3.
Dorongan untuk berupaya mencari makan.
Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan sejak baaru dilahirkan pun manusia
telah menampakkannya dengan mencari putting susu ibunya atau botol susunya,
tanpa perlu diajari.
4.
dorongan untuk bergaul atau berinteraksi
dengan sesama manusia, yang memang merupakan landasan biologi dari
kehidupan masyarakat manusia sebagai
makhluk kolektif.
5.
dorongan untuk meniru tingkah laku
sesamanya. Dorongan ini merupakan asal mula dari adanya beragam kebudayaan
manusia, yang menyebabkan bahwa manusia
menggebangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (konform)
dengan manusia manusia disekelilingnya.
6.
dorongan untuk berbakti. Dorongan ini
mungkin ada karena manusia adalah
makhluk kolektif. Agar manusia dapat hidup serasi bersama manusia lain diperlukan suatu landasan biologi
untuk mengembangkan altruisme, simpati,
cinta, dan sebagainya. Dorongan seperti itu kemudian lebih lanjut membentuk
kekuatan-kekuatan yang oleh perasaanya
dianggap berada diluar akalnya sehingga timbul religi.
7.
dorongan untuk keindahan (keindahan
bentuk, warna, suara, dan gerak) .
Dorongan ini seringkali sudah tampak
dimiliki bayi, yang sudah mulai
tertarik pada bentuk-bentuk warna-warna, dan suara-suara, irama dan gerak-gerak
dan merupakan dasar dari unsur kesenian.
3.
MATERI
DARI UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Seperti telah diuraikan diatas, kepribadian seorang
individu terbentuk oleh pengetahuan yang dimilikinya (yaitu khususnya persepsi,
penggambaran , apersepsi, pengamatan, konsep, serta fantasi mengenai berbagai
macam hal yang ada dalam lingkungannya), maupun oleh berbagai perasaan, emosi,
kehendak, dan keinginan yang ditujukan kepada berbagai macam hal dalam
lingkungannya tersebut.
Ahli etnopsikologi,
A.F.C. Wallace, pernah memuat suatu kerangka yang memuat seluruh materi
yang menjadi objek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia secara
sistematis. Dalam kerangka itu ada tiga hal yang pada tahap pertama merupakan
isi kepribadian yang pokok , yaitu :
- Beragam kebutuhan organik diri sendiri, beragam kebutuhan dan
dorongan psikologi diri sendiri, dan beragam kebutuhan serta dorongan
organik maupun psikologi sesama manusia selain diri sendiri , sedang
kebutuhan-kebutuhan tadi dapat dipenuhi atau tidak dipenuhi individu yang
bersangkutan , sehingga memuaskan dan bernilai positif baginya, atau tidak
memuaskan dan bernilai negatif.
- beragam hal yang bersangkutan
dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri (identitas ‘aku’),
baik aspek fisik maupun aspek psikologinya, dan segala hal yang menyangkut
kesadaran individu mengenai beragam kategori manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan,atau gejala alam, baik yang nyata
maupun yang gaib yang terdapat dialam sekelilingnya.
- Berbagai macam cara untuk memenuhi,
memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau menggunakan beragam kebetuhan
dari hal-hal tersebut di atas,
sehingga tercapai keadaan yang memuaskan dalam kesedaran individu yang
bersangkutan. Pelaksanaan daei berbagai macam cara itu terwujud dalam
kegiatan orang sehari-hari
4.
ANEKA
WARNA KEPRIBADIAN
Aneka
Ragam kepribadian individu. Berbagai
isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, dan keinginan
kepribadian, serta perbedaan kualitas hubungan santar berbagai unsur
kepribadian pada setiap manusia yang hidup di berbagai struktur kepribaian pada
setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini, sehingga setiap individu memiliki
kepribadian yang unik.
Mempelajari
materi dari setiap unsur kepribadian (baik pengetahuan maupun perasaan, sasaran
dari kehendak, keinginan dan emosi) adalah tugas psikologi, yang mempelajari
sebab dari tingkah laku berpola, yakni habit (kebiasaan) atau berbagai macam
materi yang menyebabkan timbulnya kepribadian, serta segala macam tingka laku
berpola dari individu yang bersangkutan (bagan 12).
Jumlah
individu
Jumlah materi
|
(habit)
|
Adat-istiyadat
(social system)
|
|
Kepribadian individu
|
Kepribadian umum
|
N
|
Dipelajari
oleh ilmu Dipelajari oleh ilmu
Psikologi
antropologi
Antropologi
dan ilmu-ilmu sosial lainnya,yaitu sosialogi,ekonom,ilmu politik dan
lain-lain,tidak mempelajari individu,tetapi pempelajari semua
pengetahan,gagasan,dan konsep dan secara masyarakat;artinya
pengetahuan,gagasan,konsep yang di anut sebagian besar warga suatu masyarakat
yang umumnya di sebut”adat istiadat”.Ilmu-ilmu itu juga mempelajari tingka laku
umum (yang sadah menjadi pola dari bagian besar warga masyarakat,dan berdasarkan
adat istiadat)(lihat lihat bagian 12).Seluruh kompleks tingka laku wujud
pola-pola tindakan yang saling berkaitan itu di sebut system sosial.
Karena materi yang merupakan isi dari pengetahuan dan
perasaan seseorang individu berbeda dengan idividu lain dan karena sifat serta
intensintisas kaitan antara beragam bentuk pengetahuan dan perasaan tadi juga
saling berbeda,maka setiap manusia sebenarnya memiliki kepribadian yang
khas.Walaupun demikian,hal itu tidak beraarti bahwa di dunia ini terdapat 3 miliar
kepribadiaan (karena jumlah penduduk bumi sekitar itu).Jumlah itu dapat di
ringkas menjadi berbagai tipe dan sub tipe,yang walaupun masih banyak
juga,jumlahnya tidak sampai berjuta-juta.Membat tipologi dari beragam
kepribadian manusia merupakan tugas psikologi.
Kendatipun demikian antropologi dan ilmu-ilm sosial lain sering
kali juga memperhatikan maslah kepribaian,walaupun hanya untuk memperdalam
serta memahami adat istiadat dan system sosial masyarakat yang di
pelajarinya.Khususnya,antropologi juga mempelajari kehidupan yang dimiliki sebagian besar warga suatu
masyarakat (yaitu kepribadian umum,atau
watak umum,yang dalam bahasa inggris disebut modal personality mengenai masalah kepribadian umum ini ada uraian yang
lebih rinci dalam sub-sub berikut ini.
Kepribadian umum sejak
abad ke 19 hingga tahun 1930 an,para pengarang etnografi sering kali
mencamtumkan suatu pelukisan tentang watak atau kepribadian umum dari para
warga suatu kebudayaan di dalam kerangka etnografi mereka pelukisan itu
biasanya berdasarkan kesan-kesan yang mereka peroleh dari pengalaman bergaul
dengan para individu warga kebdayaan yang
sedang diteliti.Apabila data dan bahan tentang kebudayaan bali yang di
teliti,maka dalam pegaulan mereka dengan orang bali mungkin di dapat pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan,sehingga dalam membuat pelukisan mengenai kepribadian orang
bali mereka biasanya juga menyebutkan bahwa orang bali
ramah,sitia,jujur,gembira,dan sebagainya.Sebaliknya,apabila mereka mempunyai
pengalaman yang tidak menyenangkan,mak hal itu sering kal itercermin pula dalam
buku etnografi yang mereka tulis mengenai orang bali,yaitu misalnya bahya orang
bali bersifat ketus,tidak setia,penipu,tidak bernormal,dan sebagainya.Ketika
metodologi penilitian di lapangan dalam antropoli berkembang dan di pertajam
dalam abad ke-20 ini,metode-metode kelukisan kepribadian umumyang lebih eksak
mulai di gunakan. Bersama dengan pakar psikologi A.kardiner, R. Linton dalam tahun
1930-an mengembangkan metode yang eksak untuk mengukur kepribadian umum, yang
diterapkan dalam suatu penilitiaan terhadap penduduk kepulauan Marquesas, yaitu
gugusan kepulauan dibagian timur Polynesia, dan suku bangsa tanala,
penduduk pulau Madagaskar. Bahan etnografinya dikmpulkan oleh Linton, dan
kardiner menerapkan metode-metode psikologi dan menganalisa data psikologinya.
Hasil penelitian itu adalah buku berjudul The Individual And His Society (1938)
Dalam proyek itu konsep kepribadian umum makin dipertajam
sehingga tercipta konsep basic
personality structure, atau “kepribadian
dasar”, yaitu semua unsur kepribadian yg dimiliki sebagian besar warga suatu
masyarakat. Kepribadian dasar itu ada karena semua individu warga masyrakat
mengalami pengaruh lingkngan kebudayaan yg sama selama pertumbuhan mereka.
Metodologi untuk mengumpulkan data mengenai kepribadian banggsa dilakkan
denggan mengumpulkan sampel dari warga masyarakat yg menjadi objek penelitian,
yang kemudian diteliti kepribadiaannya dengan berbagai tes psikologi dari hasil
tes-tes itu kemudian diperoleh ciri watak yang secara statistik dimiliki
sebagian besar individu dalam sampel.
Selain
ciri-ciri watak umum tadi, seorng individu tentu juga memiliki ciri-ciri
wataknya sendiri, sementara ada individu-individu dalam sampel yg tidak
memiliki unsur-unsur kepribadian umum. Namun presentase dari individu-individu
semacam ini dalam sampel sanggat kecil.
Pendekatan
dalam penilitian kepribadian dari suatu
kebudayaan juga dilaksanakan dengan metode lain yg didasarkan pada pendirian
bahwa beni-beni dari ciri-ciri dan unsur watak seorng individu dewasa
sebenarnya sudah tertanam dalam diri seseorng sejak dini. Pembentukan watak dalam jiwa individu banyak
dipengarhi pengalamannya dimasa
kanak-kanaknya, ketika ia diasuh
orng-orng disekitarnya, yakni ibunya,ayahnya,kakak-kakaknya, maupun orang-orang
lain yang umumnya sering berada dekat pada keluarganya. Watak juga sanggat
ditentukan oleh berbagai tinggka laku yang dibiasakan orang sejak dia kecil,
misalnya cara makan,cara menjaga kebersihan,disiplin,bermain dan bergaul dengan
anak-anak lain, dan sebagainya. Karena pola pengasuhan anak dalam tiap
kebudayyan mengikuti aday dan norma-norma yg telah ditetapkan maka pada individ
dewasa akan tampak beberapa unsur watak yang seragam.
Berdasarkan
konsepsi psikologi tersebut para ahli antropologi berpendirian bahwa dengan
mempelajari adat-istiyadat pengahusan anak yang khas itu mereka akan dapat mengetahi adanya berbagai unsur
kepribadian pada sebagian besar warga yang
merupakanakibat dari pengalaman-pengalaman mereka sejak masa anak-anak.
Metode
penelitian kepribadian umum dengan cara mempelajari adat-istiyadat pengasuhan
anak terutama dikembangkan oleh Margaret Mead, yang dilakukan di antara
berbagai suku bangsa di Melanesia (khususnya Papua Niugini) dan di Bali. Dari
penelitian-penelitiannya itu ia menghasilkan buku Growing Up In New Guinea (1930) dan Children And Ritual In Bali (1955). Bersama dengan G. batesan ia
menulis Balinese Character: A
Photographic Analysis (1942).
Penelitian
mengenai etos kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan
oleh tokoh antropologi R. benedict, R. Linton, dan M. Mead itu kemudian ditiru
dan berkembang lebih lanjut sehingga menjadi bagian khusus dalam antropologi
yang dinamakan personality and culture, atau
kepribadian dan kebudayaan.
Konsep
“Kebudayaan Barat”kebudayaan Timur” mula-mula dicetuskan pada pertengahan abad
ke-19, ketika beberapa Negara Eropa Barat berhasil menguasai daerah-daerah yang
luas dimuka bumi dengan system kolonialnya. Ratusan bangsa yang mereka kuasai
dengan cara itu memiliki kebudayaan-kebudayaan yang masih tergolong asli dan
tradisional. Karena kebudayaan-kebudayaan itu sebai besar berada di sebelah
timur (dari Eropa Barat), maka secara keseluruhanmereka sebut “kebuyadaan
Timur”.
Di
universitas-universitas besar di Eropa Barat perna berkembang suatu bidang ilmu
pengetahuan yang di sebut “kajian-kajian Oriental”, yang secara rinci terdiri
dari berbagai bidang ilmu yang khusus, yaitu peredabaan Islam, Sejara dan
Kesusastraan Islam, Filsafat Islam dan Bahasa Arab, Peredaban Hindu dan Budha,
bahasa Sanskerta dan Pali. kajian mengenai peredaban cina, yang dapat dianggap
sebagai peredaban yang khas dan canggi dan tak perna sempat dijajah oleh suatu
Negara Eropa Barat mana pun, biasanya tidak termasuk dalam kajian Oreintal ini,
tetapi disebut Sinologi
Kebudayaan-kebudayaan
afrika baru di mulai di kaji pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh
para ilmuwan Eropa, dan kemudian oleh juga para ilmuwan Amerika Serikat,
sementara kajian mengenai bangsa-bangsa penduduk kepulauan di lautan pasifik,
yaitu Melanesia, Mikronesia, dan Polynesia, baru mulai di lakukan para ahli
antropologi Amerika setelah Perang Dunia II.
Semua
ahli Eropa Barat umumnya mempelajari kebudayaan-kebudayaan dari suku-suku
bangsa yang ada diwilaya jajahan mereka masing-masing.kebudayaan bangsa-bangsa
jajahan yang semua bersifat tradiosonal itu kemudian mengalami pembaruan dengan
tibanya unsur-unsur kebudayaan dari eropa barat melalui sintem pendidikan
sekolah eropa barat. Disamping itu warga bangsa-bangsa jajahan yang di didik
dalam sekolah-sekolah eropa barat itu dijadikan pegawai rendahan dan menengah
dalam system administrasi yang di kembangkan oleh bangsa-bangsa colonial itu,
yang mengituki model administrasi Negara mereka.
Hamper
semua bangsa yang di jajah adalah bangsa-bangsa petani, peternak, nelayan, atau
peramu yang kebudayaannya dilandasi nilai-nilai budaya tradisional. Sejak
kurang lebih satu abad yang lalu, muncul golongan elit pada bagian-bagian
tertentu dari bangsa-bangsa yang terjajah itu, yaitu golongan-golongan yang
telah pendapat pengaruh unsur-unsur kebudayaan eropa barat atau amerika.
Pengaruh unsur-unsur kemudayaan asingitu makin lama makin merasuk dan
terintegrasi ke dalam kebudayaan tradisional tadi. Pengaruh kebudayaan eropa
barat dan amerika (misalnya untuk banga Filipina) yang merasuk ke dalam ratusan
kebudayaan suku bangsa yang terjajah itu merupakan suatu proses yang sebaiknya
kita sebut “modernisasi”
Kepribadian Dan Kebudayaan Barat,
Serta Kepribadian Dan Kebudayaan Timur Di Indonesia.
Di Indonesia, di tahun 1930-an, ketika kebudayaan eropa barat (khusunya
kebudayaan Belanda, Perancis, Inggris dan Jerman) mempengaruhi kebudayaan
Indonesia sedemikian mendalamnya, konsep yang diajarkan kepada para siswa
sekolah lanjutan tersebut sering mampu mengubah kebudayaan tradisional
Indonesia hingga ke akar-akarnya.
Proses
tersebut sebenarnya berlangsung sejak masa perahlian abad ke-18 dan abad ke-19,
jadi susah lebih dari dua abad. Waktu itu juga terjadi beberapa peristiwa
perubahan yang sangat mendasar bagi masyarakat Indonesia, yaitu awal dari
proses emansipasi sosial wanita yang dirintis oleh R.A Kartini (1879-1904), dan
mulai adanya dokter-dokter wanita lulusan School
Ter Opleiding Voor Inlandsche artsen (Stovia) di Jakarta, dan Nederlandsch-Indische Arsten School
(NIAS) di Surabaya.
Sesudah
itu konsep “Kebudayaan Barat” di perluas dan menjakup pula kebudayaan Amerika,
yang oleh orang Indonesia terutama di kenal melalui hasil industry film
Hollywood.
Sampai
sekarang konsep “Kebudayaan Barat” dalam
arti itu masi tetap hidup di Indonesian, baik diantara kaum lanjut usia, orang
dewasa, dan bahkan diantara para remaja hingga anak-anak. Dalam kalangan
kaumterpelajar dan ilmuan pun konsep “kebudayaan Barat” dengan makna terurain
di atas tetap digunakan, bukan hanya dalam pembicaraan santai, tetapi juga
dalam tulisan-tulisan ilmiah. Demikian juga konsep lawannya, yaitu “kebudayaan
Timur”.
Sebenarnya
dengan logika yang wajar istilah “kebudayaan Barat” dan “kebudayaan Timur” membingungkan, dan
menjadi sumber salah paham yang hingga kini ada dalam cara berpikir orang
Indonesia, yaitu bahwa kebudayaan orang Eropa dan Amerika itu lah adalah
kebudayaan yang secara materi dan teknologi
maju dan perlu kita tiru, sedang “kebudayaan Timur” adalah kebudayan
kita yang harus kita pertahankan karena sifatnya yang indah, halus, spiritual,
luhur, dan beradab.
Kita
tentu juga dapat menerima logika bahwa kemajuan dalam materi dan teknologi
tidak hanya datang dari eropa barat, tetapi juga dari amerika, misalnya, yang
secara geografi berada ditimur Negara kita. Karena itu konsep “Kebudayaan
Barat” tak dapat kita terapkan kepada kebudayaan amerika. Karena itu kebudayaan
amerika sebetulnya bagi kita adalah “kebudayan Timr” sementara kebudayaan orsng
Australia dan selandia baru adalah “kebudayaan Selatan”
Dengan
kemajuan yang dicapai oleh bangsa Jepang, Korea, Cina, dan bahkan Singapura,
orang indonesia sekarang tidak hanya memandang kebudayaan eropa barat dan amerika
sebagai kebudayaan-kebudayaan yang patut di tiru. Apaka kebudayaan-kebudayaan
Negara-negara itu harus kita sebut “Kebudayaan Utara”?
Agara
pikiran kita tidak terperangkap dalam dikotomi konsep-konsep “kebudayaan Barat”
dan “kebudayaan Timur”, dan lain-lainya yang membingungkan itu, istilah-istilah
yang sebenarnya telah mulai mendarahdaging itu sabaiknya kita hindari dan agar
kita menggunakan istilah-istilah geografis dan konkret, misalnya kebudayaan
cina, kebudayaan korea, kebdayaan jepang, kebudayaan amerika, kebudayaan eropa
barat, kebudayaan asia barat, kebudayaan maghrib “Afrika Utara”, dan lain-lain.
Apabila
kita perlu bicara tentang kebudyaan yang berasal dari luar Indonesia, secara
kesuluruhan dapat digunakan konsep “kebudayaan mancanegara” atau “kebudayaan
asing”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar